Monday, May 25, 2015

Cloudy but still beautiful Dieng

After thousand years gak ngeblog (lebay pastinya), akhirnya saya blogging lagi.

Ceritanya pas long wiken 30 April 2015 kemarin ini aku ikut backpacker trip lagi, bersama beberapa teman kuliah dan teman piknik, join salah satu trip organizer (yang belakangan ini sudah menjamur saking banyaknya) ke Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.

Perjalanan dengan mobil ELF dimulai hari Jumat sekitar 9.30 malam, dari rencana semula 7.30 (dengan alasan mobil kena macet, ban pecah etc). Memang benar, malam itu macet sekali di Jakarta, jadi kami baru bisa keluar dari kota Jakarta sekitar tengah malam. Dari situ kami menuju Jawa Tengah, dan oops.. saat pagi kami berhenti untuk sarapan sekitar pukul 6 pagi, kami baru sampai kota Cirebon. Setelah kita istirahat sebentar, makan plus cuci muka dll, perjalanan dilanjutkan. Akhirnya kami sampai di Dieng sekitar pukul 5.30 sore, hmmm.. total sekitar 20 jam perjalanan ..(ngalahin perjalanan darat ke Surabaya via Kereta Api).

Namun udara yang sejuk, dingin serta segar mengalahkan rasa capai. Karena sudah senja, tidak ada tempat wisata yang bisa didatangi, jadi kami hanya mandi, makan dan jalan di sekitar tempat penginapan (homestay), minum-minum wedang jahe. Setelah itu kami istirahat, charge dulu tenaga untuk persiapan trekking besok!

Malam itu hujan turun cukup deras, dan kamipun nyenyak tidur.

Sekitar pukul 2 pagi kami mulai bangun, dengan suara alarm, maupun kesibukan ibu pemilik rumah menyiapkan makanan kami. Kamipun mulai berangkat sekitar pukul 3 dengan mobil Elf, menuju bukit Sikunir untuk menyambut Golden Sunrise yang konon nomor 2 bagusnya di pulau Jawa. Sampai ke parkiran, kamipun mulai trekking dengan rute menanjak cukup curam/terjal, dan karena masih sangat pagi, kami harus mengandalkan senter untuk berjalan. Ditambah karena hujan deras semalam, membuat jalanan tanah jadi agak becek dan lengket. Perjalanan menanjak itu cukup membuat ngos-ngosan, tapi dengan kesabaran dan berkali-kali istirahat, kamipun berhasil naik sampai puncak Sikunir. Ada beberapa teman 1 rombongan yang menyerah dan tidak bisa jalan terus sampai puncak.

Sampai di atas, kami menunggu bergelap-gelapan dan kedinginan, karena tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan, dan matahari belum muncul juga. Kabut masih tebal sampai sekitar pukul 6 dan officially the sunrise didn't come :p
Yah... penonton kecewa, tapi pemandangan yang indah di atas bukit mengobati kekecewaan kami. Kami cukup puas berfoto-foto di atas bukit, dan menikmati alam sekitar yang indah. Sekitar pukul 6.30 kami turun bukit, dan ternyata turun dari situ perjuangannya lebih berat daripada saat naik, karena medan yang licin dan terjal, kami harus extra hati-hati dan bahkan harus berpegangan ke dinding batu, pohon, maupun ke teman.

Akhirnya kami sampai di bawah, dan melanjutkan perjalanan ke Kawah Sikidang, kawah geothermal yang mengeluarkan asap sulfur jadi kami disarankan untuk pakai masker selama di lokasi tersebut. Pemandangan kurang lebih mirip dengan Tangkuban Perahu di Bandung.

Dari situ kami diajak untuk menyaksikan Dieng Theater, film dokumenter tentang sejarah Dieng yang dibuat cukup menarik dan informatif. Film tersebut berdurasi sekitar 30 menit.

Setelah itu dilanjutkan ke Telaga Warna, danau alami yang cukup indah, namun sepertinya tidak bisa disebut telaga warna lagi, karena hanya warna hijau yang mendominasi. Konon dulu danau ini berwarna warni karena banyak batuan berwarna warni di dasar danaunya. Pemandangan sekitar Telaga Warna itu indah. Ada padang savana, ada pohon-pohon besar menyejukkan dengan ranting dan dedaunan yang indah dilihat. Kemudian ada beberapa goa juga. Komentar teman saya, pepohonan di sini seperti di Korea saja. hehehe...

Tujuan terakhir kami, kompleks Candi Dieng, ada beberapa candi Hindu kecil-kecil yang beberapa di antaranya sedang direnovasi. Namanya Candi Arjuna dan lain-lain. Tidak terlalu istimewa memang.

Setelah selesai semua, kamipun kembali ke homestay dan bersiap-siap untuk perjalanan pulang. Rasanya belum puas menikmati pemandangan Dieng, dan belum hilang capainya 20 jam perjalanan. Kami mulai turun sekitar pukul 3 sore, dan kami mampir ke tempat penjualan oleh-oleh, dan makan Mie Ongklok, mie khas Wonosobo dengan side dishnya sate sapi. Cukup enak dan memuaskan.

Selesailah semua rangkaian acara trip ke Dieng ini, dan kami melanjutkan perjalanan ke Jakarta, yang ditempuh sekitar 12 jam. Kami sampai di Jakarta dan berpisah untuk melanjutkan ke rumah masing-masing.

#Indonesia itu indah, jangan di rumah saja!

What I get from this trip:
1. Hindari liburan long weekend, karena selisih waktu yang luar biasa membuat kaki bisa bengkak.
2. Jika tetap mau pergi saat long weekend, gunakan Kereta Api atau Pesawat untuk menyingkat waktu.
3. Hindari trip organizer dengan terlalu banyak peserta, pasti akan banyak hal tidak terhandle.
    Trip kemarin ada 55 peserta dengan hanya 2 tour leader, dengan mobil Elf kapasitas 19 orang. (Ini trip backpacking dengan peserta terbanyak yang pernah saya ikuti).


Beberapa tip untuk bepergian ke Dieng:
1. Perlengkapan baju tebal/hangat, seperti jaket, kupluk, sarung tangan, kaos kaki dan syal. Suhu di bulan April/Mei kemarin sekitar 12-20 derajat Celcius.
2. Gunakan alas kaki yang mendukung untuk trekking ke bukit Sikunir, karena tanah merah basah bisa merusak sepatu yang tidak sesuai.
3. Makan secukupnya di perjalanan maupun sebelum trekking, untuk menghindari masuk angin.







pemandangan kabut menyelimuti dataran tinggi.. mystical beauty

have fun with friends
so beautiful Prau mountain covered by cloud.