Monday, May 25, 2015

Cloudy but still beautiful Dieng

After thousand years gak ngeblog (lebay pastinya), akhirnya saya blogging lagi.

Ceritanya pas long wiken 30 April 2015 kemarin ini aku ikut backpacker trip lagi, bersama beberapa teman kuliah dan teman piknik, join salah satu trip organizer (yang belakangan ini sudah menjamur saking banyaknya) ke Dataran Tinggi Dieng, Wonosobo, Jawa Tengah.

Perjalanan dengan mobil ELF dimulai hari Jumat sekitar 9.30 malam, dari rencana semula 7.30 (dengan alasan mobil kena macet, ban pecah etc). Memang benar, malam itu macet sekali di Jakarta, jadi kami baru bisa keluar dari kota Jakarta sekitar tengah malam. Dari situ kami menuju Jawa Tengah, dan oops.. saat pagi kami berhenti untuk sarapan sekitar pukul 6 pagi, kami baru sampai kota Cirebon. Setelah kita istirahat sebentar, makan plus cuci muka dll, perjalanan dilanjutkan. Akhirnya kami sampai di Dieng sekitar pukul 5.30 sore, hmmm.. total sekitar 20 jam perjalanan ..(ngalahin perjalanan darat ke Surabaya via Kereta Api).

Namun udara yang sejuk, dingin serta segar mengalahkan rasa capai. Karena sudah senja, tidak ada tempat wisata yang bisa didatangi, jadi kami hanya mandi, makan dan jalan di sekitar tempat penginapan (homestay), minum-minum wedang jahe. Setelah itu kami istirahat, charge dulu tenaga untuk persiapan trekking besok!

Malam itu hujan turun cukup deras, dan kamipun nyenyak tidur.

Sekitar pukul 2 pagi kami mulai bangun, dengan suara alarm, maupun kesibukan ibu pemilik rumah menyiapkan makanan kami. Kamipun mulai berangkat sekitar pukul 3 dengan mobil Elf, menuju bukit Sikunir untuk menyambut Golden Sunrise yang konon nomor 2 bagusnya di pulau Jawa. Sampai ke parkiran, kamipun mulai trekking dengan rute menanjak cukup curam/terjal, dan karena masih sangat pagi, kami harus mengandalkan senter untuk berjalan. Ditambah karena hujan deras semalam, membuat jalanan tanah jadi agak becek dan lengket. Perjalanan menanjak itu cukup membuat ngos-ngosan, tapi dengan kesabaran dan berkali-kali istirahat, kamipun berhasil naik sampai puncak Sikunir. Ada beberapa teman 1 rombongan yang menyerah dan tidak bisa jalan terus sampai puncak.

Sampai di atas, kami menunggu bergelap-gelapan dan kedinginan, karena tidak ada aktivitas yang bisa dilakukan, dan matahari belum muncul juga. Kabut masih tebal sampai sekitar pukul 6 dan officially the sunrise didn't come :p
Yah... penonton kecewa, tapi pemandangan yang indah di atas bukit mengobati kekecewaan kami. Kami cukup puas berfoto-foto di atas bukit, dan menikmati alam sekitar yang indah. Sekitar pukul 6.30 kami turun bukit, dan ternyata turun dari situ perjuangannya lebih berat daripada saat naik, karena medan yang licin dan terjal, kami harus extra hati-hati dan bahkan harus berpegangan ke dinding batu, pohon, maupun ke teman.

Akhirnya kami sampai di bawah, dan melanjutkan perjalanan ke Kawah Sikidang, kawah geothermal yang mengeluarkan asap sulfur jadi kami disarankan untuk pakai masker selama di lokasi tersebut. Pemandangan kurang lebih mirip dengan Tangkuban Perahu di Bandung.

Dari situ kami diajak untuk menyaksikan Dieng Theater, film dokumenter tentang sejarah Dieng yang dibuat cukup menarik dan informatif. Film tersebut berdurasi sekitar 30 menit.

Setelah itu dilanjutkan ke Telaga Warna, danau alami yang cukup indah, namun sepertinya tidak bisa disebut telaga warna lagi, karena hanya warna hijau yang mendominasi. Konon dulu danau ini berwarna warni karena banyak batuan berwarna warni di dasar danaunya. Pemandangan sekitar Telaga Warna itu indah. Ada padang savana, ada pohon-pohon besar menyejukkan dengan ranting dan dedaunan yang indah dilihat. Kemudian ada beberapa goa juga. Komentar teman saya, pepohonan di sini seperti di Korea saja. hehehe...

Tujuan terakhir kami, kompleks Candi Dieng, ada beberapa candi Hindu kecil-kecil yang beberapa di antaranya sedang direnovasi. Namanya Candi Arjuna dan lain-lain. Tidak terlalu istimewa memang.

Setelah selesai semua, kamipun kembali ke homestay dan bersiap-siap untuk perjalanan pulang. Rasanya belum puas menikmati pemandangan Dieng, dan belum hilang capainya 20 jam perjalanan. Kami mulai turun sekitar pukul 3 sore, dan kami mampir ke tempat penjualan oleh-oleh, dan makan Mie Ongklok, mie khas Wonosobo dengan side dishnya sate sapi. Cukup enak dan memuaskan.

Selesailah semua rangkaian acara trip ke Dieng ini, dan kami melanjutkan perjalanan ke Jakarta, yang ditempuh sekitar 12 jam. Kami sampai di Jakarta dan berpisah untuk melanjutkan ke rumah masing-masing.

#Indonesia itu indah, jangan di rumah saja!

What I get from this trip:
1. Hindari liburan long weekend, karena selisih waktu yang luar biasa membuat kaki bisa bengkak.
2. Jika tetap mau pergi saat long weekend, gunakan Kereta Api atau Pesawat untuk menyingkat waktu.
3. Hindari trip organizer dengan terlalu banyak peserta, pasti akan banyak hal tidak terhandle.
    Trip kemarin ada 55 peserta dengan hanya 2 tour leader, dengan mobil Elf kapasitas 19 orang. (Ini trip backpacking dengan peserta terbanyak yang pernah saya ikuti).


Beberapa tip untuk bepergian ke Dieng:
1. Perlengkapan baju tebal/hangat, seperti jaket, kupluk, sarung tangan, kaos kaki dan syal. Suhu di bulan April/Mei kemarin sekitar 12-20 derajat Celcius.
2. Gunakan alas kaki yang mendukung untuk trekking ke bukit Sikunir, karena tanah merah basah bisa merusak sepatu yang tidak sesuai.
3. Makan secukupnya di perjalanan maupun sebelum trekking, untuk menghindari masuk angin.







pemandangan kabut menyelimuti dataran tinggi.. mystical beauty

have fun with friends
so beautiful Prau mountain covered by cloud.

Thursday, December 5, 2013

Kesan pertama begitu “……..………..” (sisi lain perjalananku ke sawarna)

Dalam tiap perjalanan biasanya memang ada suka duka (atau positif negatif saja sederhananya). Tapi kalau sisi negatifnya hanya sedikit biasanya kita abaikan, atau cincai-lah bahasa gaulnya hehe.. Kalau banyak atau kebangetan, ya susah melupakannya.  Forgiven but not forgotten.

Mungkin tulisan ini bisa jadi masukan bagi trip organizer "Gentar Alam Adventure" . Kebetulan baru pertama kali aku dan teman-teman join trip yang mereka adakan.  Belum juga berangkat, owner Gentar menginfokan kalau tour leader kami bermasalah, jadi kemungkinan diganti dengan tour leader lain. Aku sempat becanda kalau tidak dikasih tour leader pengganti, minta potongan harga dong. Ternyata saat kami akan berangkat ada tour leadernya bernama Ganda.

Sampai di tempat tujuan (Sawarna) aku ngobrol-ngobrol dengan tour leader dan aku kaget karena ternyata dia baru pertama kali ini ke Sawarna. Hah? Apa gak salah ya, tour leader tapi belum pernah menginjakkan kaki ke tempat dia mesti me-lead/guide peserta? Tapi dia bilang "kan ada tour guide lokal".

Oke ada tour guide lokal (dan tour guide dari Jakarta), yang ternyata kurang paham dengan itinerary yang dibagikan Gentar ke calon peserta. Akhirnya kami kehilangan satu spot yang cukup bagus (kalau melihat dari hasil browse di internet). No apologize from them. Bahkan tour guide lokal bilang, kenapa tadi tidak bilang kalau mau ke spot X tersebut? Kan satu arah dengan spot Y yang tadi kita sudah ke sana. Tolong ya pak, kalau kami tahu semua lokasi dan posisi spot2 tersebut, apakah masih perlu kami ikut trip organizer? Mending kita pergi sendiri sewa mobil dan cari tour guide lokal, yang pasti lebih hemat kan?

Hal lain, supir yang katanya sudah beberapa kali ke Sawarna, kok masih aja nyasar. Kalau nyasar 1-2 km masih dimaklumi, karena mungkin dia jarang ke sana. Tapi ini 16 kilometer jauhnya nyasar, sehingga kami yang sudah capek perjalanan dari Jakarta sejak malam, tidak bisa segera merebahkan diri di kasur penginapan.

Hal lain lagi, koordinator Gentar di Sawarna sendiri (yang ternyata pemilik penginapan) tidak terlalu membantu juga, dan kelihatan kurang professional. Kami tidak mengharapkan profesional sekelas tour agent besar ya, tapi paling tidak lebih pengertian dan bisa membantu kami, bukan hanya menjawab "itu saya yang salah" tapi tidak ada penyelesaian yang berarti.  Saat kami melontarkan complain ke koordinator sawarna tersebut, supir sempat mendengar dan sepertinya melaporkan ke Ganda. Dan mereka berdua (supir serta tour leader) berniat pulang duluan ke Jakarta membawa mobil dan meninggalkan kami semua malam itu juga. Sungguh kekanak-kanakan dan tidak profesional. Jadi keesokan harinya setelah mendapat laporan dari ibu pemilik penginapan, kami yang terpaksa "menjaga perasaan" mereka berdua supaya kami selamat sampai di Jakarta.

Juga salah 1 teman kami sudah beberapa kali bbm/telpon owner Gentar mengenai beberapa kekurangan ini, namun jawaban yang didapat tidak memuaskan.

Dengan kesan pertama seperti ini, rasanya kami tidak akan mau lagi join dengan trip organizer ini, karena kesan buruk yang kami dapat. 

Wednesday, December 4, 2013

Little escape to Sawarna

Setelah beberapa waktu pengin sekali ke Sawarna, akhirnya 22-24 Nov 2013 kemarin saya dan teman-teman jadi juga ke sana. Bagi yang belum tau, Sawarna itu sebuah desa pantai di kecamatan Bayah, kabupaten Lebak, Propinsi Banten.  Trip kali ini saya join salah 1 trip organizer, bersama Maya, Cla, Feryta, Okta, Hani, Retno, dan kenalan baru dari trip tersebut, Minie & Sherlen.  Baru kali ini saya ngetrip pesertanya wanita semua. Jumat malam kami berkumpul di Sarinah Thamrin, dan mobil Elf berkapasitas 11 orang pun melaju pukul 21 kurang dikit.

Perjalanan malam cukup macet saat sampai di kota Sukabumi. Kami terjebak di kemacetan (karena buka tutup jalan juga seperti di Puncak) kira-kira 4 jam di sana. Kami sampai di Sawarna sekitar jam  5.30 pagi, tapi karena supirnya salah jalan (hiks) kami kebablasan sampai 16 km (what?).

Sampai di penginapan (Homestay Padi-padi), ternyata sarapan kami belum siap, jadi sambil menunggu kami gantian mandi dan saya tidur lagi hehe.. Oya dari tempat parkir, kami harus menyebrang sungai  baru sampai ke kompleks penginapan, jadi mesti melewati jembatan bambu dan jalan kaki beberapa puluh meter dulu.

Selesai mandi dan sarapan ala kadarnya (nasi goreng sebakul gede plus beberapa telor ceplok..hm dikiranya porsi kami kuli semua, haha), kami jalan keluar lagi. Kata guide dari Jakarta plus guide lokal jarak dari penginapan ke pantai tidak jauh, jadi kami diajak trekking gitu. Setelah berbincang-bincang, salah 1 teman bilang: kita ini mau jalan 2 kilometer lho.. wadow.. udah panas banget pula jam 9 pagi di sana.. Akhirnya setelah diprotes, supir mengantar pakai mobil sampai tempat terdekat yang bisa dijangkau mobil. Yah lumayan lah hemat tenaga setelah kurang tidur (karena perjalanan semalaman di mobil). Di itinerary tidak disebutkan kalau kami mesti trekking …jadi ga siap mental gitu.

Tujuan pertama kami ke Goa Lalay, sebuah goa kapur dengan stalaktit dan stalakmit, trus bagian dasarnya terendam air sekitar selutut (standar Indonesia banget yah, ngukur genangan bukan pakai centi tapi pake selutut/sebetis etc).  Kami masuk ke goa yang gelap total, sampai harus dibantu lampu senter. Sudah jalan beberapa meter ke dalam, belum ada tanda-tanda jalan keluar dan waktu kami nanya ke guide lokal, ada apa di dalam.. katanya tidak ada apa-apa.. ya sudah mendingan keluar aja deh, daripada kram karena kerendam air dingin gitu dan tidak ada yang bisa dilihat pula. Oya kami tidak disarankan pakai sandal jepit apalagi hi heels untuk masuk ke goa karena takut licin. Yang boleh hanya sandal gunung saja.

Dari goa Lalay, kami trekking lagi menuju pantai Legon Pari. Nah perjalanan ini cukup menguras tenaga dan keringat, karena kami harus naik turun bukit sebelum mencapai pantai. Mungkin ada 1 km kami berjalan naik turun (yang sepertinya dihitung dari jarak horizontalnya karena berasa jauh banget). Makanya waktu kami mulai melihat pohon kelapa senang rasanya, karena pasti sudah dekat dengan pantai. Pantai berpasir putih itu cukup menyenangkan sebenarnya, tapi karena kami sampai sana sekitar jam 11 malas sekali untuk bermain air karena panas sekali mataharinya. Setelah sesi poto-poto dan minum kelapa muda di pinggir pantai, kamipun kembali ke penginapan untuk makan siang.

 

Kami trekking lagi, dengan jalur agak berbeda dari waktu berangkat karena potong jalan untuk menuju pulang. Sampai di penginapan kami makan siang dengan menu agak lumayan, yaitu ikan layur bakar, sayur kangkung, lalapan timun, dan ditutup dengan rujak mangga muda hasil "rampasan" (eh, minta dengan paksa haha…). Karena masih panas, setelah makan kami istirahat dulu, ada yang tidur ada yang ngobrol.

Sudah jam 2.30 kok tidak ada berita ya kami mau ke mana… melihat itinerary, kami seharusnya ke Pantai Tanjung Layar dan Ciantir.  Juga ada tujuan ke Karang Tareje. Saya tanyakan ke Denny (guide lokal) kapan kami diajak ke pantai tsb. Kata dia, lho itu kan searah dengan Legon Pari tadi, tapi masih jalan lagi sekitar 1 km. Kata dia, kenapa gak bilang kalau mau ke sana? Lho, yang guide itu dia apa aku yah?  (detail cerita nanti saja aku ceritakan di Note yang lain hehe…).

Dan untuk 2 tujuan wisata yang berikutnya yaitu Tanjung Layar dan Ciantir, kami memutuskan untuk naik ojek yang dicarter Rp 20.000,- pp per orang, karena pada malas jalan kaki lagi. Ternyata kali ini jalannya lurus tanpa naik turun bukit.

Oya kami sempat menanyakan ke para tukang ojek untuk mengantar ke Karang Tareje hari minggunya, tapi koordinatornya bilang kalau ke sana tarifnya Rp 100.000,- pp per orang (OMG..seratus ribu bo..), yang kami putuskan dengan bulat untuk menolak hehehe, karena tidak bisa ditawar juga.

Tanjung Layar menurut saya adalah spot terbaik di antara spot lain di Sawarna, karena ada 2 karang besar (yang dibilang karang kembar, tapi kok beda bentuk.. ?) dan di pinggir pantai dasarnya karang seperti semen yang sengaja tidak diratakan. Keren jadinya. Paling puas foto-foto di sini. Lagipula ombak cukup besar menghantam dinding karang-karang tersebut, indah sekali.

Dari tanjung Layar kami naik ojek lagi ke Pantai Ciantir atau sering disebut pasir putih. Rencana kami akan menunggu sunset di sini, tapi karena agak mendung, jadi kurang perfect sunrisenya. Tapi cukup puas kami foto-foto di sini. Kemudian kami dijemput lagi oleh rombongan ojek tersebut, dan sempat ada kepanikan karena salah 1 teman kami nyasar dibawa sama tukang ojeknya.

Malamnya, setelah bersih-bersih pasir dan mandi, kami makan malam trus istirahat.

Rencana untuk jalan ke pantai pagi-pagi sepertinya sudah dilupakan semua orang karena capek hehehe. Jadi setelah mandi, packing dan makan kami siap-siap pulang. Jam 9 kami baru keluar dari Sawarna dan sempat "dipaksa" berhenti di Pantai Pelabuhan Ratu, sepertinya ini kompensasi  dari batalnya kami ke Karang Tareje. Setelah sebelumnya kami ditawari ke Pemandian air panas, tapi kami menolaknya. Sebenarnya kami takut untuk terlambat sampai Jakarta karena macet di Sukabumi.

Oya, tapi ternyata kami dibawa lewat jalan alternatif yang walau agak memutar tapi tidak macet, jadi kami sampai di Jakarta sekitar 6 jam saja. Ending yang cukup baik, setelah beberapa pengalaman kurang menyenangkan di sana. Syukuri saja ya pengalaman indah selama di sana, seperti quote dari William Penn: the secret of happiness is to count your blessings while others are adding up their troubles 

Written by Lusi, setelah cuti menulis beberapa tahun hehe

 

 

 

 


Tuesday, November 5, 2013

Air terjun Bidadari

Tempat wisata ini tidak jauh dari Jakarta. Hasil browsing2 karena saat itu lagi pengen escape ke alam, tapi tak banyak waktu.

Jadi pagi itu di awal bulan November 2013,  kami ber5 (Maya, Eddy, Dewi, Okta dan aku) berangkat ke sana, lengkap dengan perbekalan nasi goreng kunyit made in bu Hengki :-)

Sedikit nyasar dan bertanya sana sini ke penduduk setempat karena tak banyak plang petunjuk yang jelas. Akhirnya setelah melewati jalanan berbatu2, beberapa penduduk yang melakukan pungli (yang bisa ditolak oleh Eddy), akhirnya kami sampai juga.

Air terjunnya, tak terlalu istimewa, tapi udara dan airnya cukup menyegarkan, bahkan cipratan air yang memantul ke batu bisa membuat kami cukup kebasahan.

Di bawah air terjun itu dibuat semacam water park, yang tidak terlalu besar, dan lebih cocok untuk anak2 saja.

Melewati jembatan dari bambu, kami sampai ke bawah persis dari air terjun, membuat baju kami basah.. namun berjalan sedikit ke samping bisa berfoto tanpa kena siraman air terjun.

Berhubung objek wisatanya hanya segitu gitu aja..tak lama kami sudah memutuskan untuk pulang atau melanjutkan ke tempat lain, yg akhirnya kami lanjutkan ke kota Bogor untuk wisata kuliner.

Tahun ini, tempat wisata itu diulas di harian Kompas, difoto dengan angle cukup menarik, sehingga membuat pengunjung cukup membludag saat liburan Lebaran kemarin, hehe. 

Untunglah saat kami pergi kemarin, belum "masuk koran" sehingga belum banyak orang yang tau, dan belum terlalu penuh juga.

Namun untuk sekedar escape dari hiruk pikuk ibukota dan menghirup udara segar, air terjun ini cukup memuaskan.

*blog yang ditulis sangat2 terlambat, dan akhirnya ditulis karena sedikit terinspirasi dari keluhan kerabat yang main ke sana saat liburan lebaran dan sama sekali tidak bisa mendekat ke air terjunnya.

Thursday, November 6, 2008

Wandering to Lombok island



Usripers Family (a.k.a. alumni Pramuka Island Trip) kembali nge-trip bareng setelah Trip YogYes n Trip Kawah Putih Situpatenggang (yang keduanya aku ga bisa ikut). Ber-6 kami mengembara di pulau Lombok dan sekitarnya. Usripers yang ikut yaitu Lusi, koko Hary, Pak GM Slamet, Stevy "BeB", Dian "Iyank" (anggota baru) beserta 1 orang bintang tamu Hani Iska a.k.a. "Cicacu" yang akhirnya dikukuhkan sebagai "Miss Pethakilan" (u will know why). Setelah mupeng berat berminggu-minggu sebelumnya, akhirnya hari itu datang juga! Arrangement sudah dibuat dengan bantuan kawan dari Peucang Trip si Teguh, (www.travelombok.com) lewat telpon2an, SMSan dan  imel2an. Itinerary sudah siap di tangan dan Tour Leader di Lombok (Hery) juga sudah dihubungi.

D1 : 30 Okt 08  Jakarta – Ampenan – Senggigi

Kamis sore kami berkumpul di bandara, dan ternyata ada delay selama 45 menit. Sampai di bandara Selaparang, Ampenan, Hery sudah menjemput dan langsung mengantar kami ke Hotel Elen (means: semilir)  di daerah Senggigi (means: suka senyum). Oya, meskipun judulnya "Hotel", sebenarnya Elen ini adalah home stay yang cukup nyaman, bersih dan strategis (walau masuk gang, tapi dekat main street Senggigi). Berhubung sudah malam, kami langsung check in dan istirahat.

D2 : 31 Okt 08  Senggigi – 3 G (Gili Trawangan, Meno, Air)

Besok paginya aku n Stev sempat "pengenalan lingkungan" ke Main Street Senggigi, tapi karena udah kesiangan, ga sempat ke pantai Senggigi. Setelah sarapan pancake + coffee/tea (fasilitas hotel), kami check out dan diantar menuju dermaga Bangsal menuju ke Gili Trawangan (Gili: Pulau). Dalam perjalanan kami melewati amazing view dengan jalur 3M (Mangsit Meninting, Malimbu) dan sempat mampir di Teluk Nipah untuk foto2..keren! Kebetulan langit cerah biru dan ada gumpalan awan. Perjalanan ke dermaga dilanjutkan dengan cidomo (cikar dokar motor) karena tidak bisa dilewati mobil. Dermaga kecil, tapi cukup rame, n lautnya bening banget, bergradasi dari hijau ke biru..


Ada 2 pilihan untuk naik kapal yaitu public ato private, sebenarnya kapalnya sama, tapi kalo mau private, kita wajib bayar full 20 orang (+/- Rp 200 ribu) tapi bisa langsung jalan, sedangkan public hanya bayar masing2 orang Rp 10 ribu, tapi nunggu penuh kayak angkot . Penumpangnya kebanyakan para pekerja & pedagang yang akan berjualan di Trawangan, jadi isi kapal itu tentu saja penuh barang2 dagangan mereka kayak telor, sayuran dsb. (eiy..untungnya ga ada kambing n ayam as Teguh said).

Kapal menepi di Gili Trawangan dan kami sudah berdecak kagum.. amazing! pantainya berpasir putih lembut, langit super biru tanpa polusi (kendaraan bermotor not allowed here), air laut bening n kita bisa ngeliat karang2 di bawah air. Kami lunch dulu di Oda CafĂ© yang masakannya enak banget, even telor dadarnya. Selesai makan, kami bersiap2 untuk Glass Bottom Trip n Snorkeling ke 3 Gili…panas terik namun tetap excited he he..
Oya, koko Hary memisahkan diri karena mau join sama divers yang laen (katanya sih, dia paling lama nyilem di dalam air, sampe pada manggil dia "Harry Potter" he he padahal "OGI.com" tuh)

Tujuan pertama Glass Bottom adalah Gili Meno, snorkeling di sini karang2nya biasa saja dan ikan ga terlalu banyak. Rupanya cuma Stevy saja yang "mendarat" di Gili Meno untuk ngambil sample pasir pantai he he. Dilanjutkan melihat Meno Wall dari balik glass bottom. Destinasi yang kedua adalah Gili Air, di sini terumbu karangnya ancur berat (katanya karena dinamit untuk menangkap ikan..ck ck ck kejamnya) tapi ikannya indah banget…dan mereka akan mendekat kalo dipancing dengan roti (he he ikan bule)..ini yang membuat foto ikannya jadi bagus banget karena posisi close up, n kebetulan matahari sedang terang2nya.

Di Gili Air, kami sempat menepi ke pantai, sunbathing n foto2 dengan disaksikan turis bule yang ketawa2 ngeliat ke-narcist-an para model dadakan itu..:)).

Oya, tak lupa Pak Slamet mengupdate foto via BlackBerry ke Usripers lain yang ga ikut yang tujuan utamanya adalah "kompor.com" dan pastinya pada "ngiri.co.id" hi hi hi…

Demikian beberapa komentarnya :
* ELP: "ngiriii" (singkat, padat, jelas..ha ha ha)
* Mico: "Monik, ayo kita ke Garut n bikin foto2 juga" (sebenarnya 2M ini mau honeymoon ato bikin trip tandingan ya? Hmmmm..)
* Teguh: "Foto ini membunuhku" (lagunya D'Masiv)
* Teguh (lagi): Kalau Pak Slamet pernah nonton film perang, ada tentara yang terluka n ga bisa nahan sakit, dia akan bilang "Shoot me" dan Pak Slamet udah berhasil membuat saya untuk bilang "Shoot me" (ha ha ha, i luv this quote...!)

Setelah mampir di 2 Gili itu, kami balik ke Trawangan dan snorkeling lagi di depan hotel… eiiy..ternyata ikan di sini malah ada yang jauh lebih besar, katanya itu Ikan Ayam2 (ato Kambing2) gitu namanya.. Hebatnya, dengan jarak sekitar 1 m dari pantai, kami sudah nemu bermacam2 ikan…sedap.. (baterai HP sampe exhausted he he).

Selesai snorkeling, kami naik Cidomo (ataw dokar kalo di pulau Jawa) mengantar kami ke tempat ngeliat sunset..kebetulan ujan gerimis, tapi sunsetnya tetap bagus (satu2nya sunset selama 3 hari di sana). Project P. Slamet kali ini adalah membuat foto silueto yang keren banget.

Setelah matahari benar2 turun, kami balik ke penginapan Creative Homestay, si Hery udah nelpon karena takut kami diculik he he. Setelah check in dan mandi, kami jalan untuk cari makanan untuk dinner, sempat rada bingung n akhirnya makan di Scallywags Famous BBQ yang masakan seafoodnya enak banget. Pulang ke hotel, tidur.

D3 : 1 Nov 08  Gili Trawangan – Senaru – Senggigi

Pagi rencana liat sunrise, karena mendung, langit berawan, tapi pak Slamet tetap bisa dapet foto landscape yang cukup bagus. Sempat ada ray of light yg keren di langit.

Check out tanpa b'fast, kami menuju ke dermaga dan sambil menunggu penumpang penuh, stevy shopping underwater camera analog yang cukup keren..b'coz hari sebelumnya digcamnya kelelep di air (dicapac-nya kurang rapat) hiks hiks... Akhirnya kapal memenuhi kuotanya dan berangkat ke Bangsal. Ehem, di kapal kita ketemu bule yang keren dan sempat foto bareng hi hi hi

Sampai di Bangsal, L300 kami dah menjemput dan kami langsung menuju ke Senaru di Kaki Gunung Rinjani. Sempat mampir di Desa Tanjung untuk Brunch (karena udah jam 11 WITA).

Selama perjalanan pada tidur kelelahan, tapi aku n pak Slamet ngobrol sambil ngeliat pemandangan di kanan-kiri yang rata2 adalah pohon2 meranggas dan ada juga pohon2 kamboja. Oya, sempat ngelewatin Black-Sand beach dan kita udah niat pulangnya mau mampir lagi (tapi batal karena kemaleman hiks hiks).

Akhirnya, sampai juga kami di Desa Senaru untuk trekking ke kawasan Air Terjun Sindang Gile (Singanggila Waterfall). Jalur trekkingnya ga terlalu susah, karena sebagian udah disemen dan dibikin tangga gitu. Tapi ada juga jalurnya kami mesti lewat sungai dan batu2 besar yang licin. Sampai di air terjun pertama setinggi 40m, dan foto2 di situ.

Oya, menuju air terjun ada celah batu yg disebut "Batu Jepit" – awas kejepit....!

Air terjun kedua yang disebut Tiu Kelep, tingginya sekitar 30m tapi airnya sangat deras, jadi ga ada yang berani motret dekat2 situ..

Oya, waktu berangkat kami lewat jalur biasa tapi pulangnya ada sedikit variasi, dengan jalan lewat terowongan air buatan jaman Belanda, yang airnya dingin dan deras sekali, jadi kami jalan sambil pegangan di kegelapan (pak Slamet sempat motret beberapa kali pas kebetulan ada lubang udaranya..). Kami jalan di situ sekitar 200 m.

Selesai trekking kami istirahat di resto di situ, sambil ganti baju yang basah, sempat ngopi2 dan makan indomie telor, rada2 lupa waktu.

Waktu perjalanan pulang yang direncanakan mau hunting sunset jadi batal deh, gara2 "lelet.com" hu hu hu….

Matahari sedang mulai terbenam, jadi langit di sebelah kiri kami warnanya memerah. Sayang banget ga bisa turun untuk memotret, dan warna langit itu bertahan lama banget, mungkin sekitar 30 menitan. Trus waktu jalan, kami melihat pemandangan Laut di depan yang keliatan lebih tinggi dari jalan. Jalanan waktu itu berliku-liku dan Pak Main (driver) membawa mobil kami cukup kencang. Ngeliat sunset tanpa motret hanya bisa bikin "ngiler.com" selain penumpang di bangku belakang yang "ngiler beneran" alias bobo he he...

Sampai di hotel Elen lagi, mandi dan jalan ke Senggigi main street untuk cari makan. Pilihan jatuh kepada Warung Tenda Cak Poer yang menunya adalah seafood again (nyam nyam) ikan bakar dan king prawnnya benar2 enak (duh, rasanya semua masakan di Lombok itu enak2 kecuali pancake "gazebo" alias "ga jelas bo" di hotel Elen, he he he)

Selesai makan, masih ada yang mau main billyard, tapi aku n Stev pilih untuk istirahat aja (besok kan mau snorkeling lagi).

D4 : 2 Nov 08  Senggigi – Gili Nanggu – Gili Kedis - Mataram

Pagi, aku n Stev akhirnya nyampe juga di Pantai Senggigi, ternyata Senggigi emang biasa banget, pasir pantainya coklat dan hampir ga ada pemandangan apa2. Ada beberapa penjual kaos Lombok dan kalung2 mutiara di sana.
Setelah itu kami balik ke hotel dan sarapan, check out again trus diantar pak Main ke Sekotong (sampe di jettynya aja) dan lanjut pake charter boat ke Nanggu.
Oya sempat mampir beli lunch box di RM "Murah" yang memang murah, tempatnya masuk gang, tapi masakannya enyaak..

Sampailah kami di Gili Nanggu (Private Island) yang ternyata bagus banget, membuat 3 Gili  sebelumnya ga ada apa2nya… Ga sabar pengen nyemplung… Kami ber-5 plus Hery langsung snorkeling di tengah, sedangkan pak Slamet disappear..sampe kami makan siang doi belom muncul juga…

Underwater world di sini juga keren, dari ikan sampe terumbu karangnya.. lagian ga perlu kapal, tinggal nyemplung aja..

Rupanya, pak Slamet hunting foto sendirian tanpa para model, dan menjadikan dirinya sendiri sebagai model..kami cuma bisa bengong n "mupeng.com" ngeliat foto2nya…dan rada nyesel karena kelamaan snorkeling.

Abis makan siang, snorkeling lagi…dan aku jadi pemegang rekor terlama snorkeling hari itu..dari waktu pada mulai ampe selesai…he he .. Waktu agak sore itu arusnya cukup besar, dan ga pake life vest (hari itu kemakan sama omongan Hary untuk snorkeling tanpa life vest, jadi aku n Hani memutuskan untuk ga pake). Ternyata seru juga kok, dan tidak mengerikan seperti yang kubayangkan, he he…

Ada kejadian lucu waktu salah 1 snorkeler memakai google di tempat yang tidak semestinya, alias di atas hidung..wakakaka...jadinya airnya masuk semua hi hi hi... (sory ya dee).

Snorkeling berakhir dan Last but Not Least... kami pintong ke Gili Kedis (kedis : kecil) atau Honeymoon Island (bukan Honey Cicacu loh he he).. yang ternyata keren banget, sepi n pasir putihnya super duper lembut…woaah….mungkin ini pasir terlembut yang pernah aku injak2..he he..

Cuaca sempat mendung dan gerimis turun, tapi tidak mengurungkan niat untuk turun ke Gili Kedis ini..dan alam memang bersahabat, jadi waktu kami foto2 matahari sudah bersinar terang…

Dengan arahan penata gaya sekaligus fotografer (dan merangkap model juga), jadilah foto2 keren video klip Usripers terbaru....


Selesai photo session, kami naik kapal untuk pulang, ternyata kami melewati Goa Landak, yang merupakan tempat sembahyang umat Hindu, dan saat itu sedang ada ibadah. Jangkar ditambatkan dan kembali sang photographer beraksi
Sampai di dermaga, L 300 sudah menjemput kami untuk pulang ke Mataram. Di jalan kami papasan dengan beberapa rombongan pengantin suku Sasak membuat jalanan sedikit macet, he he. Ada 3 rombongan hari itu..

Kami mampir di Desa Sukarara, tempat kerajinan kain songket dan kain ikat. Menenun adalah nafas hidup para wanita di sana, yang dari umur 10 tahun sudah diajarkan menenun, dan saat mereka sudah mahir adalah saat mereka siap menikah..waks... Mbak Indri, salah satu pengrajin mengajarkan cara pembuatan tenun dan kami boleh mencoba juga. Fyi: dalam sehari mereka hanya menghasilkan sekitar 15 cm tenunan, itupun kalau motifnya sederhana.. Setelah mencoba menenun, saatnya pada belanja2…

Perjalanan dilanjutkan, dan kami mampir di Toko Imamulia, tempat penjualan madu dan oleh2 lainnya seperti telur asir, manisan nangka, tomat, rumput Laut dsb.  Oya, sore ini kami juga ga ketemu sunset karena mendung dan hujan.

Sampai di kota Mataram, Hery mulai hunting hotel buat nginap kami di malam terakhir. Sempat dapet 1 kamar Non AC, tapi kami kekeuh mau kamar ber-AC (yang akhirnya malah dimatiin semua, karena malam itu dingin banget..hi hi..). Kami check in di Hotel Karthika yang cukup strategis, dekat jalan raya..
Setelah loading barang2 bawaan, kami hunting Ayam bakar Taliwang di warung tenda "Ini Baru Taliwang", kecuali P. Slamet yang terkena musibah kena sakit GB.. Selesai makan kami pulang membawa sebungkus nasi soto buat p. Slamet yang ternyata ga kemakan juga :(. Acara selanjutnya adalah mandi dan Last Packing (huuuh I hate packing...!). Setelah beres kamipun tidur.

D5 : 3 Nov 08  Mataram – Ampenan – Jakarta

Jam 3 WITA dengan tanpa berperikemanusiaan, petugas hotel menjalankan Morning Call-nya (yg memang diminta Stevy..tapi seharusnya untuk jam 4). Jadilah kami bangun jam 3, kedinginan, dan ga bisa tidur lagi... Selesai siap2 dan Hery sudah datang, tapi para pria belom siap. Kami berangkat sekitar jam 5.15, dan mefet banget sampe di bandara sekitar 5.30 (udah mau ditutup check in).. sambil sedikit lari, pamitan ama Hery dan langsung check in n boarding... fiuuuh.. Bubye Lombok..we will come again someday..

Summary
1. Lombok lebih keren dari Bali.
2. Bakalan balik lagi ke Lombok, ke spot2 yang laen (plus Gili Nanggu lagi, it's OK) - Akan ada Trip Lombok 2, Lombok 3 dst
3. Ikan2 di Lombok jauh lebih bagus daripada snorkeling spot di Pulau Pramuka (walaupun terumbu karangnya kalah dibanding Karang Lebar).
4. Fotografer juga manusia, jika kepepet ga ada model, mereka akan menjadikan dirinya sendiri sebagai Object photo...hi hi...
5. (mengutip wejangan Pak Slamet) semua orang bisa difoto dengan bagus, challenge buat photographers untuk bisa membuat yang biasa menjadi tak biasa.. tapi kalo dah nyerah ngeles-nya: "Batere abis!" wakaka...

Lusi - Nov 08 
'This email and any files transmitted with it are confidential and intended solely for the use of the individual or entity to whom they are addressed. If you have received this email in error please notify the system manager. Please note that any views or opinions presented in this email are solely those of the author and do not necessarily represent those of the company. Finally, the recipient should check this email and any attachments for the presence of viruses. The company accepts no liability for any damage caused by any virus transmitted by this email."

Monday, October 27, 2008

LOMBOK n 3 G (Gili Trawangan, Gili Air, Gili Meno)

'This email and any files transmitted with it are confidential and intended solely for the use of the individual or entity to whom they are addressed. If you have received this email in error please notify the system manager. Please note that any views or opinions presented in this email are solely those of the author and do not necessarily represent those of the company. Finally, the recipient should check this email and any attachments for the presence of viruses. The company accepts no liability for any damage caused by any virus transmitted by this email."

LOMBOK ISLAND HERE WE COME.. :)


Tgl 30 Oktober, 2 hari lagi...aku n temanz ber-6 mo nge-Trip ke Lombok...horeeey....!
Aku, Dian, Stevy, Hani, Slamet n Hary..
dah pada "mupeng.com" banget....juga udah pada ngiler2 n ngimpi2 semua hi hi hi
ampe ada yang udah request untuk dibikinin Story berjudul "When Hary met Gily" pula wakaka..
trus para photographer juga udah shopping segala macam lensa (bawaan laen ga penting deh..)
Can't hardly wait for Lombok... :)

KEINDAHAN PULAU LOMBOK
 
Karena kurangnya informasi, banyak tempat-tempat wisata indonesia yang kurang dikenal oleh wisatawan asing, bahkan mereka lebih mengenal tempat wisata negara lain seperti Thailand dan Malaysia. Sebenarnya keindahan alam indonesia jauh lebih menarik dan jauh lebih memukau, terutama keindahan pantainya... satu diantaranya Pantai Lombok.
 
Di antara sekian banyak objek wisata bahari yang berada di Lombok, tampaknya wisatawan takkan melewatkan kawasan pantai barat Lombok. Selain Pantai Senggigi yang terkenal, ada pula tiga pulau di tengah lautan (yang di sebut dengan nama GILI) yang menjadi tempat favorit bagi wisatawan mancanegara dan nusantara untuk berakhir pekan.

Pulau-pulau kecil itu bernama Gili Trawangan, Gili Air, serta Gili Meno. Ketiga pulau itu seakan mampu mewakili potret keindahan pantai-pantai di Lombok. Semuanya menyajikan kebeningan air laut, butiran pasir putih tanpa serakan sampah, serta terumbu karang dengan ikan hias yang menggemaskan.

Panorama alam langsung memukau. Air laut yang asin seakan tersekat oleh warna biru tua, biru muda sampai hijau muda. Saking jernihnya air, dasar lautnya pun terlihat bernas.Ketiga pulau mungil yang berada di tengah lautan itu memiliki perbedaan karakteristik yang unik. Masing-masing punya suasana alam dan ciri khas tersendiri. Bahkan, akhirnya perbedaan itu seakan memilah wisatawan sesuai dengan minat, sifat, dan kepribadiannya.

Gili Trawangan merupakan pulau terbesar, teramai sekaligus terjauh dari pulau utama Lombok. Kebanyakan wisatawan yang mengunjunginya terdiri dari orang-orang yang berjiwa muda dan penuh semangat. Di musim liburan, hampir sepanjang malam diadakan pesta yang hingar bingar dengan alunan musik.

Bagi wisatawan yang hanya ingin merasakan suasana pantai tanpa mau berbasah-basah, bisa bersantai di beranda hotel, kafe, dan restoran yang tertata apik. Bahkan, kalau berminat, Anda bisa menyewa kereta kuda cidomo untuk mengelilingi seluruh Pulau Gili Trawangan.

Sementara itu, Gili Meno yang terletak di tengah-tengah antara Gili Trawangan dan Gili Air, lebih sesuai bagi wisatawan yang mengidamkan relaksasi di tengah kesunyian. Pengunjung benar-benar disuguhi nuansa alami pantai tropis yang tenang. Pepohonan bakau masih terlihat merimpun di sepanjang pesisir pantainya.

Lain lagi dengan suasana yang tercipta di Gili Air. Pulau yang terdekat dari Lombok ini lebih sesuai bagi wisatawan yang berlibur bersama keluarga. Dihuni penduduk lokal paling banyak, pulau ini lebih menawarkan suasana pantai yang tidak ramai namun tidak terlalu sepi.

Yang tak boleh terlewatkan adalah berjemur di pinggir pantai, berenang, dan snorkeling. Di pantai landai yang berombak tenang itu, wisatawan bisa menguak misteri kehidupan biota laut dengan aman. Meskipun di beberapa tempat terumbu karangnya rusak, tak pelak menyisakan sisi keindahan.

Berbagai jenis ikan laut sering terlihat berenang secara bergerombol. Bergerak lincah di antara bebatuan, terumbu karang, dan rumput laut. Sementara itu, ikan hias mungil yang beraneka warna sering kali mengelilingi bahkan menciumi wajah wisatawan yang tengah asyik snorkeling.

Dengan keberagaman yang dimiliki Pulau Gili, sungguh tak sabar bukan untuk menjadi saksi keindahannya?

'This email and any files transmitted with it are confidential and intended solely for the use of the individual or entity to whom they are addressed. If you have received this email in error please notify the system manager. Please note that any views or opinions presented in this email are solely those of the author and do not necessarily represent those of the company. Finally, the recipient should check this email and any attachments for the presence of viruses. The company accepts no liability for any damage caused by any virus transmitted by this email."